Hai yang di sana. Hai yang sedang menikmati indahnya surga. Hai
almarhum kakak ku. Apa kabar kak? Semoga baik ya. Kakak tau gak? Aku bertanya-tanya,
kenapa harus nyawa kakak yang diambil? Dan diantara tiga anak yang dilahirkan
oleh keluarga ini kenapa harus kakak yang tidak dikehendaki Allah untuk
merasakan indahnya alam, kejamnya hidup, pahitnya pengalaman hidup dan perihnya
luka cinta. Kenapa harus nyawa diri ini yang dibiarkan hidup?
Kak, aku sedih. Sebenarnya diri ini sudah gak kuat lagi. Hati
yang rapuh, juga terkadang hampa. Jiwa yang sepi. Terlalu banyak hal yang ku pikirkan.
Terlalu banyak air mata yang ku tumpahkan. Terlalu banyak sakit yang ku rasa. Terlalu
sering perasaan ini berbohong. Terlalu sering palsunya senyum yang ku sunggingkan.
Aku ingin bersama kakak. Ya, berdua dengan kakak. Hidup di
sini itu kejam, kak. Sadis. Miris. Menyedihkan. Kadang aku lelah. Sungguh lelah.
Sangat lelah. Walaupun aku belum pernah melihat sosok kakak, juga belum pernah
mendengar suara kakak, pun belum pernah merasakan kehadiran kakak di sini, tapi
aku sayang kakak.
Andai kakak di dekatku, menemaniku. Andai kakak menghiburku.
Andai kakak dengan sabar mendengar ocehan ku. Andai kakak tidak tahan melihat
senyum ini pudar. Andai kakak tidak bisa melihat mata ini terbuka dengan bayang
penuh kesedihan. Andai kakak merasakan sakit yang ku rasa. Andai kakak
menghapus tangisku saat ini. Andai kakak masih hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar